Digitalisasi Pembayaran: Pengadaan QRIS untuk Toko Kelontong di Desa Bajur

 


    Sebagai bentuk dukungan terhadap digitalisasi ekonomi desa, kami melakukan kunjungan langsung ke beberapa toko kelontong di Desa Bajur untuk mengenalkan dan mengaktifkan sistem pembayaran digital berbasis QRIS. Kegiatan ini tidak dilakukan secara formal melalui forum sosialisasi, melainkan dengan pendekatan langsung ke lapangan, mengunjungi satu per satu pelaku usaha kecil di masing-masing dusun. Pendekatan ini dipilih agar informasi bisa diterima lebih personal dan mudah dipahami oleh para pemilik toko yang mungkin belum familiar dengan teknologi keuangan digital. Dengan mendatangi langsung, kami juga bisa menyesuaikan penjelasan sesuai dengan kondisi masing-masing toko, baik dari sisi pemahaman maupun kesiapan fasilitas seperti koneksi internet dan perangkat yang digunakan.

     

    Pada setiap kunjungan, kami memberikan penjelasan singkat namun padat kepada pemilik toko mengenai apa itu QRIS, bagaimana cara kerja sistem ini, dan manfaat praktis yang akan mereka rasakan dalam transaksi sehari-hari. Kami menjelaskan bahwa QRIS (Quick Response Code Indonesian Standard) adalah metode pembayaran non-tunai yang memungkinkan pembeli membayar cukup dengan memindai satu kode QR, tanpa perlu membawa uang tunai atau kartu. Sistem ini terintegrasi dengan berbagai aplikasi keuangan digital seperti OVO, DANA, GoPay, LinkAja, dan Mobile Banking. Selain mengurangi risiko kesalahan penghitungan atau uang palsu, QRIS juga membantu pemilik toko dalam pencatatan transaksi harian yang lebih tertib. Setelah pemilik toko memahami alur penggunaannya, kami langsung membantu mereka untuk mencetak dan memasang kode QRIS di tempat yang mudah terlihat oleh pelanggan. Dalam beberapa kasus, kami juga membantu mereka mencoba transaksi simulasi agar lebih percaya diri saat menghadapi pembeli.


    Kini, beberapa toko kelontong di Desa Bajur telah resmi menggunakan QRIS sebagai salah satu metode pembayaran utama. Meski masih dalam tahap awal penerapan, perubahan ini menunjukkan adanya kemajuan nyata menuju sistem perdagangan yang lebih modern dan efisien. Warga mulai terbiasa dengan pembayaran non-tunai, dan pemilik toko pun mengaku senang karena tidak perlu lagi repot menyediakan uang kembalian atau mencatat transaksi secara manual. Inisiatif sederhana ini diharapkan mampu menjadi pintu masuk bagi digitalisasi ekonomi yang lebih luas di Desa Bajur. Ke depannya, kami berharap lebih banyak pelaku UMKM, warung, dan bahkan pedagang kaki lima dapat mengikuti langkah serupa. Dengan meningkatnya literasi keuangan digital di masyarakat, Desa Bajur bisa mengambil langkah lebih maju sebagai desa mandiri yang siap menghadapi tantangan zaman, tanpa meninggalkan nilai-nilai lokal yang jujur, sederhana, dan saling mendukung.





Post a Comment

0 Comments