Ecoprint adalah teknik mencetak motif alami dari daun, bunga, atau batang tanaman langsung ke atas kain. Prosesnya bisa beragam, mulai dari direbus, dipress, hingga dipukul. Di Desa Bajur, kami memilih salah satu teknik paling seru dan ramah anak: teknik pukul menggunakan cobek. Hasilnya? Tak hanya totebag cantik dengan pola unik, tapi juga wajah-wajah ceria penuh bangga karena berhasil menciptakan karya dengan tangan sendiri.
Kami memberikan pelatihan Ecoprint pada anak-anak selama 3 hari. Selama 3 hari pelatihan, anak-anak diajak mengenal apa itu ecoprint dan bagaimana cara membuatnya. Kegiatan ini bertujuan menumbuhkan kreativitas, kecintaan terhadap lingkungan, dan tentunya rasa percaya diri. Anak-anak belajar bahwa daun dan bunga tak hanya indah di pohon, tapi juga bisa jadi motif yang menghiasi kain.
Di hari ke-4 adalah hari perlombaan ecoprint, puncak dari rangkaian pelatihan yang telah dilaksanakan selama 3 hari sebelumnya. Setiap kelompok yang berisi anak-anak penuh semangat dari berbagai dusun di Bajur menerima satu totebag kecil berbahan kain mori. Kain ini akan menjadi kanvas alami mereka untuk menciptakan karya terbaik versi mereka sendiri.
Mereka memilih dan menata daun serta bunga yang akan digunakan sebagai desain. Ada berbagai macam daun dan bunga, contohnya seperti daun jati yang dimana daun tersebut sangat mudah mengeluarkan warna. Tak ada pola yang benar atau salah setiap anak bebas menuangkan kreativitasnya masing-masing. Dalam diam dan canda, tangan-tangan mungil itu menyusun dedaunan seperti sedang merangkai mimpi.
Setelah tata letak selesai, daun-daun tersebut ditutup plastik, lalu mulailah bagian paling yaitu, dipukul menggunakan cobek! Teknik sederhana ini membuat warna alami dari daun keluar dan menempel di kain. Suara pukulan yang riuh bercampur tawa anak-anak menjadikan lomba ini lebih dari sekadar kompetisi—ini adalah momen bermain, belajar, dan berproses bersama.
Begitu selesai dipukul, totebag-totebag hasil karya anak-anak dijemur di bawah sinar matahari. Dalam beberapa jam, warna-warna alami mulai tampak jelas: ada nuansa ungu, cokelat, dan hijau, tergantung dari jenis daun yang digunakan. Hasilnya sangat beragam dan mencerminkan karakter tiap peserta.
Setelah semua karya selesai dan kering, saatnya penilaian. Juri menilai dari segi kerapian, komposisi, serta keberanian mencoba warna dan bentuk. Anak-anak tampak tegang tapi antusias menanti pengumuman.
Lomba ecoprint ini menjadi pengalaman berharga bagi anak-anak Desa Bajur. Mereka tak hanya mengenal teknik baru, tapi juga belajar mencintai lingkungan dan percaya pada ide-ide mereka sendiri. Semoga kegiatan ini bisa menjadi inspirasi bagi mereka untuk terus berkarya—dari daun untuk masa depan
0 Comments