Semarak Perlombaan Desa Bajur: Tawa, Semangat, dan Kebersamaan

 

    Pagi itu, mentari bersinar hangat menyinari Desa Bajur. Udara segar khas pedesaan menyambut semangat baru yang mulai menggeliat sejak pukul tujuh. Warga desa, dari anak-anak hingga para ibu, telah berkumpul di lapangan kecil tempat perlombaan akan digelar. Riuh rendah suara canda dan tawa mengiringi persiapan kami, mahasiswa KKN, yang sejak pagi juga telah sibuk menata lokasi, menyiapkan alat perlombaan, hingga menyusun hadiah kecil penuh makna.

    Perlombaan ini bukan sekadar hiburan, ini adalah bagian dari kebersamaan yang ingin kami bangun bersama masyarakat. Kami ingin menciptakan pagi yang menyenangkan, penuh interaksi, dan tentu saja tawa.


    Lomba estafet kardus menjadi medan ujian koordinasi dan keseimbangan. Anak-anak harus berpindah tempat dengan menginjak kardus dan tidak boleh menginjak tanah. Banyak yang jatuh bangun tapi tetap lanjut, sambil tertawa geli sendiri. Penonton pun tak kalah seru, memberi semangat dan komentar lucu dari pinggir lapangan.


    Lomba makan kerupuk seakan menjadi tradisi yang tak boleh dilewatkan. Anak-anak berdiri sejajar, mendongakkan kepala ke arah kerupuk yang tergantung. Suara teriakan, sorakan, dan langkah kaki yang tak sabar menggema. Ada yang kerupuknya goyang terus, ada yang hampir habis tapi jatuh. Tapi semuanya tetap tersenyum lebar.

    Permainan tak hanya sekedar fisik. Dalam lomba merangkai kata, anak-anak diuji kecermatannya menyusun huruf-huruf acak menjadi kata yang benar. Ada yang langsung sigap, ada yang berdiskusi sambil cekikikan. Beberapa bahkan meminta bantuan penonton kecil lainnya. Terlihat jelas, semangat belajar itu bisa dibungkus dalam permainan yang menyenangkan.


    Gelak tawa anak-anak langsung pecah saat lomba estafet air dimulai. Mereka harus mengisi ember di ujung lapangan dengan air yang dibawa sedikit demi sedikit menggunakan gelas kecil. Lucunya, ada yang lebih banyak tumpah dari pada yang sampai. Tapi di situlah letak keseruannya, bukan siapa yang tercepat, tapi siapa yang paling kompak dan tak kenal menyerah.


    Wajah-wajah serius mulai tampak saat lomba ecoprint dimulai. Setiap anak diberi totebag kecil dari kain mori, lalu mereka menghiasnya dengan daun dan bunga segar. Daun-daun itu dipukul perlahan menggunakan cobek agar warna alaminya keluar dan menempel di kain. Meski sederhana, hasilnya sungguh memukau. Ada yang membuat pola bunga berjajar, ada juga yang random tapi mengandung estetika. Mereka bangga memamerkan hasil karyanya, totebag kecil ecoprint khas Desa Bajur.

    Sorak sorai semakin ramai ketika para ibu maju untuk mengikuti lomba nyo’on talam versi unik khas Bajur. Bukan nampan air seperti biasanya, kali ini para peserta mengapit dua balon di kedua lengan, dan menyeimbangkan tampah berisi bola di atas kepala. Langkah demi langkah mereka jalani dengan penuh hati-hati, ada yang perlahan seperti sedang meditasi, ada juga yang tidak bisa menahan tawa karena tempehnya mulai miring-miring. Penonton ikut tegang, bahkan ada yang spontan maju menangkap bola yang jatuh. Tapi yang terpenting bukan siapa yang menang, melainkan tawa lepas dan semangat luar biasa yang terlihat dari wajah setiap ibu yang ikut berpartisipasi.

    Lomba masukkan benang ke dalam jarum jadi ajang ketelitian. Di tengah matahari yang mulai meninggi, para ibu duduk dengan serius, mencoba berkonsentrasi agar benang mungil itu masuk ke lubang jarum yang sempit. Beberapa mencoba trik meniup benang, ada juga yang memutar jarum agar sudutnya pas. Tepuk tangan pun membahana saat satu per satu berhasil.


    Lomba selanjutnya adalah lomba joget balon. Dua ibu berjoget mengikuti musik sambil menjepit balon di antara tubuh mereka. Kalau balon jatuh, harus mulai dari awal. Suasana benar-benar pecah penuh tawa, teriak, bahkan berjoget bersama. Tak ada lagi jarak antara kami dan warga. Yang ada hanya keceriaan.



    Perlombaan pagi itu bukan sekadar acara penutup. Ia menjadi simbol kebersamaan, keceriaan, dan cinta sederhana antara mahasiswa dan masyarakat. Kami pulang dengan senyum puas, warga pun berterima kasih. Terima kasih, Desa Bajur, atas pagi yang hangat dan tak terlupakan ini.

Post a Comment

0 Comments